Senin, 13 Februari 2012

Memahami Komunitas dan Ber-Komunitas


Oleh : David Effendi

Sumber Gbr : cahandong.org
Seringkali pemahaman kata 'komunitas' tidak seragam bagi setiap orang, kadang mengalami penyempitan kadang mengalami perluasan. Kata "komunitas" dua dekade terakhir ini mengalami perluasan dalam penggunaanya sebagaimana kita saksikan ada (mungkin) jutaan nama kelompok kecil orang yang melabeli dirinya dengan nama komunitas seperti komunitas buku, pembaca, sepeda ontel, komunitas pelawak, pecinta sastra, seninam, dan sebagainya.

Gejala itu tidak hanya fenomena di "negara dunia ketiga" atau sedang berkembang seperti Indonesia tetapi telah lama juga menjadi fenomena di negara maju yang seperti Amerika dan Eropa yang seringkali diasosiasikan dengan voluntary organization yang pada umumnya melakukan aktifitas sosial yaitu community service (pelayanan terhadap homeless people, misalnya). Dalam banyak kajian komunitas voluntary organization (organisasi suka rela) merupakan bagian dari modal sosial yang menjadikan kehesi sosial kuat yang ujungnya juga akan membantu negara mendistribusikan sumberdaya dan kewajibannya secara luas.


Menurut ilmuwan politik seperti Tacquivell dan Putnam, kehadiran kelompok berjenis kelamin komunitas suka rela ini mampu menjadikan demokrasi substansial dapat diwujudkan lantaran sifat komunitas tersebut adalah egalitarian, fleksibel, dan tidak mengenal hierarki. Keinginan untuk bergabung dilandasi oleh semangat berbagi dan mengabdi adalah bagian penting dari identitas kelompok yang menjadikan nuansa humanis lebih kuat. Walau demikian kita masih perlu mengenal apa sebenarnya terminologi komunitas (dalam bahas Inggris community).

Definisi "Komunitas"
Dalam beberapa literatur termasuk dalam wikipedia bebas menyebutkan bahwa komunitas dapat diartikan dalam definisi sosial dan biologis (kumpulan mahluk hidup yang hidup bersama). Dalam perpesktif sosial komunitas (community) diartikan sebagai sekumpulan orang (lebih besar dari rumah tangga) yang mempunyai interaksi bersama yang bersifat sosial. Definisi ini jelas tidak memasukkan organisasi formal ke dalam komunitas sebab dalam organisasi terjadi hierarki dan unsur hukum administratif. Kalau dalam komunitas lebih diikat oleh etika sosial dan berkomunitas. Hal ini sesuai dengan asal kata community yang berasal dari kamus bahasa perancis kuno yaitu "cum" berarti dengan/bersama, sedangkan "munus" berarti hadiah atau secara bebas diartikan sebagai kesuka relaan untuk interaksi bersama untuk mengekpresikan keinginan dan imajinasi tentang suatu capaian/kepuasan.

Kata "Komunitas" dalam bahasa Indonesia kadang tidak dibedakan dengan organisasi, lembaga, atau institusi walau sebenarnya padanan kata yang lebih mirip dengan "komunitas" adalah paguyuban atau dalam bahasa jerman "Gemeinschaff" (Ferdinan Tonnies). Tonnies mendefinisikan gemeinschaff sebagai komunitas yang lebih mempunyai ciri ikatan sosial yang kuat karena adanya keinginan mendapatkan kebaikan bersama (unity of will) ketimbang society (gesselchaft) yang lebih terfragmentasi. Keluarga adalah salah satu bentuk komunitas yang paling nyata dan orisinil sehingga jika kita mengatakan kita bagian dari komunitas berarti kita bagian dari keluarga. Misalnya kita merasa di rumah ketika beraktifitas di Rumah Komunitas artinya kita bagian dari komunitas itu.

Perkembangannya
Komunitas adalah salah satu bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berhasrat untuk berinteraksi bersama dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan ruhani. Fakta ini oleh McMillan dan Chavis (1986) dikaji dan dirumuskan elemen yang mendasari hasrat berkomunitas (sense of community) yang meliputi empat elemen utama yaitu (1) keanggotaan (pengakuan); (2) pengaruh; (3) penyaluran kebutuhan; dan (4) penyatuan dalam ikatan emosional. Keempat unsur ini saling melengkapi.

Pada mulanya secara sederhana, komunitas mempunyai tipologi yang didasarkan atas pertama, aspek lokalitas yaitu aspek geografi di mana orang berkumpul dan diskat oleh batas kewilayahan (neighbourhood). Kedua, komunitas budaya yang disatukan oleh kepentingan /alasan kebudayaan yang menjadikan komunitas ini beragam jenis dan fungsi. Komunitas ini bisa berbasis ethnik, agama, profesi, dan sebagainya. Terakhir adalah organisasi komunitas yang bermula dari informal group menjadi kelmpok korporasi yang didasarkan atas kesamaan fisi misi dan kepentinga jangka tertentu seperti kelompok bisnis, politik, kelompok penekan (pressure group).

Seiring zaman dan tekhnologi berkembang, bentuk interaksi sosial semakin luas sehingga memungkinkan komunitas tidak hanya berada dalam rumah (house hold) tetapi juga lintas rumah dan profesi, tidak hanya itu komunitas tumbuh tidak hanya di dunia nyata (community of practice) tetapi menjalar di dunia maya melalui Internet (virtual community). Wajar saja imajinasi saling kenal dalam interaksi di dunia maya menjadi seolah-olah nyata padahal sama sekali tidak pernah bertemu secara nyata. Hal ini sejalan dengan ungkapan Benedict Anderson bahwa bangsa pun sebenarnya hanya imajinasi bersama (nation is imagined community) yang seolah saling kenal dan mempunyai ciri identitas bersama walau tidak saling bertatap muka dan interaksi. Ini makna komunitas yang sangat luas.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mantab, mau lah berkomunitas